Monday, January 23, 2017

Tugas Pembuatan Laporan IPAL Kelompok 3



MAKALAH
TEKNIK LINGKUNGAN DAN AMDAL
“RANCANGAN INSTALASI PENGELOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) AYAM DENGAN PROSES BIOFILTER”


Disusun oleh :
KELOMPOK : III (2IC01)
     1.      JULIAN HERDYKA FAJRY (23415624)
     2.      M.IRFAN ANDHIKA NUGRAHA (23415959)
                3.      MUHAMMAD GALANG RAMADHAN (24415609)
                4.      M.RIO RIZKY SAPUTRA (23415945)
                5.      MADA BAYU WIRATMA (23415975)
                6.      MALFIN ALIF SYAFRIAL (24415004)
                7.      MOCHAMMAD RESHA (24415237)
                8.      YOSAFAT YUDHISASMITA (27415286)


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
 DEPOK




KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur sepantasnya dipanjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas berkat rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan laporan penelitian pengelolaan limbah “Teknik Lingkungan & AMDAL” ini, meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
            Laporan penelitian pengelolaan limbah sebagai sarana untuk membina kemampuan mahasiswa, sangat berarti bagi penyusun, selain karena praktikum material teknik merupakan sebuah mata kuliah pada semester tiga di jurusan teknik mesin, juga karena dengan praktikum tersebutlah, sehingga penyusun dapat berfikir secara kreatif untuk menganalisa berbagai permasalahan mengenai material teknik, serta menyusun laporan akhir ini. Dalam melakukan praktikum dan menyelesaikan laporan Akhir ini, penyusun banyak dibantu oleh orang-orang disekitar penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Dengan penuh rasa hormat penyusun menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, diantaranya :
1.    Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM. selaku Rektor Universitas Gunadarma
2.    Prof. Dr. Ir. Bambang Suryawan MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma.
3.    Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma.
4.    Bapak Edy Susanto, ST.,MT, Selaku Dosen Teknik Lingkungan & AMDAL.
5.    Kedua Orang tua yang telah memberikan bantuan moril maupun materil.
6.    Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma, khususnya angkatan 2015.

Pada akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan akhir praktikum ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karena segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan adalah milik kita sebagai makhlukNya. Untuk itu, kekurangan yang ada akan menjadi sebuah pelajaran bagi penyusun, dan penyusun mengharapkan koreksi berupa kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, terutama untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan laporan penelitian yang telah penyusun sajikan ini dapat sangat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan umumnya bagi para pembaca serta mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Karena pada akhirnya kelak suatu kegiatan praktikum akan menjadi salah satu tonggak pembentukan kreatifitas mahasiswa.









Depok, 22 Januari 2017



                                                                                                   Penulis




DAFTAR ISI

                                                                                                                      Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4

BAB I      PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang .............................................................................. 6
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................... 7
1.3    Tujuan Penulisan............................................................................ 7
1.4    Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian................................... 7
BAB II     LANDASAN TEORI
2.1    Proses Pengolahan IPAL ............................................................. 10
                 2.2    Keunggulan Biofilter Anaerob-Aerob .......................................... 11
2.3    Dampak Limbah RPH Bagi Lingkungan Sekitar......................... 14
                 2.4    Keburukan Pengelolaan Limbah RPH ......................................... 15
2.5    Parasitic Meat Borne Disease ...................................................... 15
2.6     Food Poisioning ........................................................................... 16
BAB III   DESAIN IPAL
3.1         Desain Bak PemisahLemak/Minyak ............................................ 17
3.2     Bak Ekualisasi .............................................................................. 17
3.3     Bak Pengendapan Awal ................................................................ 18
3.4     Biofilter Anaerob .......................................................................... 18
3.5     Biofilter Aerob .............................................................................. 19
3.6     Bak Pengendap Akhir ................................................................... 20
3.7     Media Pembiakan Mikroba ........................................................... 20
3.8     Pompa Air Limbah ........................................................................ 20
3.9     Pompa Air Sirkulasi....................................................................... 21
3.10   Blower Udara.................................................................................. 21
3.11   Media Biofilter................................................................................ 21
BAB IV   HASIL DAN PEMBAHASAN 
BAB V     PENUTUP
        5.1    Kesimpulan .................................................................................... 25
        5.2    Saran ….......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



 
 BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang
         Industri rumah potong hewan saat ini merupakan suatu industri yang penting dalam memasok perediaan daging hewan ternak khususnya ungags/ayam. Pasokan hewan ternak khususnya unggas/ayam di Jakarta lebih dari 90% berasal dari wilayah luar DKI Jakarta. Saat ini tempat penampungan sementara dan tempat pemotongannya tersebar di beberapa lokasi di wilayah DKI Jakarta. Bahkan sebagian besar berlokasi di kawasan permukiman. Di Kotamadya Jakarta Timur sendiri, terdapat 74 buah usaha tempat penampungan ayam (TPA) dengan kapasitas penampungan sekitar 125.000 ekor/hari, dan 572 buah usaha pemotongan ayam dengan kapasitas potong lebih dari 40.000 ekor/hari. Pada  umumnya usaha tersebut merupakan usaha skala kecil dengan kapasitas kurang dari 100 ekor/hari/usaha. Usaha ini sebagian besar dilakukan di rumah-rumah di kawasan padat penduduk. Hampir semua limbah dari usaha tersebut umumnya tidak diolah terlebih dahulu, akan tetapi langsung dibuang di selokan atau sungai di sekitar rumah. Hal ini menyebabkan tercemarnya lingkungan sekitar oleh limbah industri rumah potong hewan ternak ini. Tidak terpusatnya aktivitas pemotongan unggas/ayam, serta kegiatan pemotongan yang dilakukan di rumah-rumah di kawasan padat penduduk memperparah pencemaran lingkungan di sekitarnya yang sulit untuk di control yang mana dapat membahayakan kesehatan lingkungan dan warga di sekitar lokasi usaha tersebut.
Pencemaran lingkungan yang terjadi akibat tidak terpusat dan terkontrolnya usaha rumah potong hewan ternak ini telah meresahkan masyarakat sekitar. Masyarakat yang berada di sekitar usaha rumah potong hewan ternak tersebut mengeluhkan terjadinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah padat, maupun limbah cair serta bau yang kurang sedap. Limbah yang dihasilkan oleh usaha ini mencapai 150 gram/ekor limbah padat, 1 (satu) liter/ekor limbah cair, disamping pencemaran   udara   dan   kebisingan. Dalam setahun diperkirakan akan dihasilkan 2.200 ton limbah padat dan sekitar 14 juta liter limbah cair. Untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan pengawasan terhadap kualitas unggas potong di DKI Jakarta, Pemerintah Jakarta Timur melalui Suku Dinas Peternakan Jakarta Timur berupaya melakukan sentralisasi kegiatan penampungan dan pemotongan di kawasan industri PT JIEP di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung. Serta untuk mengatasi pencemaran limbah cairnya telah dibangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah potong hewan tersebut.
1.2         Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh biofilter anaerob-aerob terhadap efisiensi pengolahan air limbah rumah potong ayam?
2.      Apakah hasil dari pengolahan air limbah menggunakan biofilter anaerob-aerob memenuhi syarat sesuai dengan standar baku mutu air limbah industri?

1.3         Tujuan
1.      Tujuan dari kegiatan ini adalah merancang-bangun instalasi pengolahan limbah cair  rumah potong hewan khususnya hewan unggas dengan proses bio-filter
2.      Sedangkan sasaran yang diperoleh adalah diperolehnya teknologi pengolahan limbah cair rumah potong hewan yang dapat mengatasi pencemaran lingkungan.

1.4         Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian :
1.      Ruang Lingkup
        Lingkup kegiatan yang dilakukan secara garis besar adalah sebagai berikut
a.    Melakukan survei lokasi untuk mendapatkandata-data awal (misal, kapasitas air limbah yang dikeluarkan)
b.    Kondisi fisik kawasan, terutama yang berkaitan dengan aspek penyehatan lingkungan.
c.    Pengambilan contoh air   limbah untuk diperiksa parameter pencemarnya.
d.   Analisa data untuk pemilihan proses yang akan digunakan.
e.    Membuat desain teknis (Design Engineering) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah potong hewan (RPH). Kriteria disain dititik beratkan pada aspek teknis, ekonomis dan soial budaya, serta sedapat mungkin menggunakan komponen lokal.
f.     Membuat IPAL RPH khususnya unggas/ayam.
2.        Metodologi Penelitian:
          Metodologi kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a.    Survei Lapangan
Survei ini dilakukan untuk mengetahui keadaan di lapangan mengenai jumlah ayam yang dipotong, jumlah limbah yang dihasilkan, serta kondisi sosial masyarakatnya.
b.   Penentuan Lokasi
Lokasi unit alat pengolah air limbah harus ditentukan sedemikian rupa agar didapatkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari segi teknis maupun estetika. Sedapat mungkin lokasi ditentukan agar mengganggu pemukiman masyarakat setempat.
c.    Ketersediaan Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk pembangunan unit pengolahan air limbah diharapkan dapat dengan mudah didapat di pasaran, sehingga dapat memberikan kemudahan dalam pengerjaan pembangunan dan biaya konstruksi dapat ditekan serendah mungkin.
d.   Rancangan dan Konstruksi
Disain unit alat pengolah air limbah dirancang berdasarkan jumlah dan kualitas air baku, serta sesuai dengan ketersediaan lahan yang ada. Prototipe alat pengolah air limbah tersebut tersebut akan dirancang dalam bentuk yang kompak agar pemasangan/pembangunan serta operasinya mudah, serta diusahakan menggunakan energi sekecil mungkin.
e.    Pembangunan IPAL RPH dan Pengujian Karakteristik Alat
Setelah  alat  pengolah  air limbah selesaidibangun, dilakukan pengujian karakteristik alat dan pengujian hasil pengolahan terhadap beberapa parameter sesuai dengan standar kualitas limbah rumah potong hewan.
f.    Pelatihan Pengopersian Alat
Sebelum diserahkan kepada calon pengelola, dilakukan pelatihan pengoperasian alat serta cara perawatan alat kepada calon pengelola agar alat dapat beroperasi dengan baik dan terawat.




BAB II
LANDASAN TEORI

                               PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RPH AYAM


2.1        Proses Pengolahan IPAL
 Seluruh air limbah yang berasal dari kegiatan rumah potong hewan dialirkan melalui saluran pembuang dan dilewatkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah bulu hewan, daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak pemisah lemak atau minyak. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang berasal dari kegiatan pemotongan hewan, serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis.
Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL.
Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat -zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-organisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.
Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.

2.2    Keunggulan Biofilter Anaerob-Aerob
Pengolahan air limbah dengan proses biofilm Anaerob-Aerob mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
1.        Pengoperasiannya mudah
Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm, tanpa dilakukan sirkulasi lumpur, tidak terjadi masalah “bulking” seperti pada proses lumpur aktif (Activated sludge process). Oleh karena itu pengelolaaanya sangat mudah.
2.      Lumpur yang dihasilkan sedikit
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan pada proses biofilm relatif lebih kecil. Di dalam proses lumpur aktif antara 30 – 60 % dari BOD yang dihilangkan (removal BOD) diubah menjadi lumpur aktif (biomasa) sedangkan pada proses biofilm hanya sekitar 10-30 %. Hal ini disebabkan karena pada proses biofilm rantai makanan lebih panjang dan melibatkan aktifitas mikroorganisme dengan orde yang lebih tinggi dibandingkan pada proses lumpur aktif.
3.      Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi zat Organik rendah maupun tinggi.
Oleh karena di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm mikroorganisme atau mikroba melekat pada permukaan medium penyangga maka pengontrolan terhadap mikroorganisme atau mikroba lebih mudah. Proses biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
4.        Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.
Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil. Jika suhu air limbah turun maka aktifitas mikroorganisme juga berkurang, tetapi oleh karena di dalam proses biofilm substrat maupun enzim dapat terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan biofilm dan juga lapisan biofilm bertambah tebal maka pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak begitu besar. Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) ammonium dan posphor.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerb-aerob yang lain antara lain yakni :
a.         Biaya operasinya rendah.
b.        Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
c.         Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.
d.        Energi untuk suplai udara aerasi relatif kecil.
e.         Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
f.          Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

2.3         Dampak Limbah RPH Bagi Lingkungan Sekitar
1.        Menurut Dart (1985)
Sumber utama penyebab pencemaran dari limbah RPH adalah limbah cair, terdiri dari : faeses dan urine, darah, lemak, air bekas pencuci karkas. Limbah padat, terdiri dari : tulang, rambut, kuku dan bagian padat yang disaring dari limbah cair. Limbah padat kurang menyebabkan pencemaran karena umumnya dapat digunakan & dimanfaatkan kembali dengan cara dikelola menjadi sesuatu yang bermanfaat.
2.      Menurut Jorgensen (1979)
Type umum limbah cair RPH adalah ;imbah cair mengandung lemak, protein & karbohidart dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Pada umumnya limbah cair dapat diolah secara biologik.Proses pengolahan secara biologik menelan biaya yang cukup tinggi, oleh karena limbah cair ini memiliki konsentrasi BOD5 yang lebih tinggi dibandingkan dengan limbah cair rumah tangga, sehingga proses biologi yang dilakukan sering menggunakan dua atau lebih tahapan pengolahan. Akibat mahalnya biaya pengolahan limbah RPH, maka umumnya limbah RPH tanpa dikelola lebih dahulu à langsung dibuang ke sungai (dumping in water) atau dibunag begitu saja ke atas tanah (open dumping) dan biasanya dimakan burung atau binatang lain. Hal tersebut harus dicegah karena dapat menyebarkan penyakit dengan cepat dan dalam jarak yang cukup jauh. Dengan semakin berkembangnya daerah pemukiman dan industri di Kota Surabaya, maka kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap badan-badan air menjadi semakin besar. Pencemaran terhadap air permukaan akan mengakibatkan makin banyaknya penggunaan air tanah. Penggunaan air tanah yang berlebihan terutama yang berasal dari sumur-sumur dalam (deep well) dapat mengakibatkan makin cepatnya intrusi air laut ke dalam sumber-sumber air tanah, sehingga makin mengurangi persediaan air bersih.
Limbah RPH dan limbah industri lainnya mempunyai andil terbesar dalam pencemaran kali Surabaya. Berdasarkan hasil terakhir pemeriksaan laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Pos Surabaya, menunjukkan kondisi kali Surabaya saat ini sangat memprihatinkan. Jumlah beban yang diterima saat ini mencapai 20.000 Kg BOD/hari. Beban pencemaran ini 17.000 Kg BOD/hari berasal dari limbah industri dan 3.000 Kg BOD/hari dari limbah rumah tangga.
3.        Perbandingan Air Limbah dan Air Minum menurut Azwar (1980)
Karakteristik limbah RPH yang mengandung kadar protein tinggi akan menyebabkan penyuburan air, sehingga memungkinkan tumbuhnya tumbuhan air yang tidak dikehendaki atau disebut dengan gulma air.Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali akan merusak badan air dan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Limbah organik itu bila dibiarkan tanpa dikelola, tidak hanya akan menunjukkan keburukan.sanitasi lingkungan, melainkan juga akan menarik binatang penyebab dan penyebar penyakit seperti insecta, rodentia dan lain sebagainya.Banyak jenis infeksi penyakit melalui makanan (Food Borne Disease) yang ditularkan melalui daging akibat daging terkontamin asi langsung atau tidak langsung oleh limbah RPH. Meat Borne Disesase dapat disebabkan oleh beberapa agent seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan cacing.Meat Borne Disease yang umum berjangkit disuatu tempat dan erat hubungannya dengan



2.4         Keburukan Pengelolaan Limbah RPH
1.        Bacterial Meat Borne Diseasek Salmonellosis
Dapat timbul pada manusia akibat memakan daging yang tercemar oleh kotoran hewan
2.        Dysentri
Disebabkan oleh daging yang tercemar bakteri yang banyak terdapat pada limbah cair.
3.        Tuberculosis
Disebabkan oleh karena manusia memakan organ atau daging yang menderita sakit TBC.
4.        Anthraxis
Disebabkan oleh Bacillus Anthrax, merupakan kuman yang bersifat patogen dan membentuk spora di dalam daging.
5.        Brucellosis
Penyakit ini dipindahkan dari hewan ke manusia akibat memakan daging yang tercemar kuman Brucella.
2.5    Parasitic Meat Borne Disease
1.        Cysticercus Bovis/ Taenia Saginata
Infeksi cacing pita ini pada orang-orang yang memakan daging tercemar tanpa dimasak matang lebih dahulu.
2.         Cysticercus Cellulosa/ Taenia Solium
Hanya babi yang merupakan sumber infeksi Taenia Solium pada manusia dimana babi terinfeksi oleh telur cacing yang terdapat pada kotoran dan makanan
3.       Hydatidosis/Echinococcus
Kurangnya fasilitas pemotongan yang layak dan pemeriksaan serta pengapkiran organ-organ tubuh yang terinfeksi Cyste Hydatid akan menyebabkan anjing atau kucing memakan limbah tersebut. Echinococcus pada anjing sangat berperan dalam menimbulkan infeksi dan rasa sakit pada manusia yang dapat menimbulkan kematian.
4.      Trichinella Spiralis
Parasit ini terutama terdapat pada babi, siklus hidup Trichinella spiralis sempurna pada induk semang. Babi terkena infeksi akibat memakan makan sampah yang mengandung Cyste yang berasal dari limbah RPH.Manusia terinfeksi karena memakan daging babi panggang (Grilled Meat) yang hanya matang bagian permukaannya saja.

2.6    Food Poisioning
a.       Keracunan Staphylococcus
Disebabkan oleh Entero toksin yang diproduksi oleh strain Staphylococcus.
Manusia keracunan karena makan daging yang seharusnya dibuang.
b.      Keracunan Botulismus
Disebabkan oleh Exo toksin dari Clostridium Botulinum. Manusia keracunan karena makan daging yang tercemar Clostridium Botulinum.
c.       Keracunan Clostridium Perfringens.
Disebabkan oleh Exo toksin dari Clostridium perfringens, manusia keracunan karena makan daging yang mengandung Exo toksin ini, yang biasa terdapat pada daging busuk.Keracunan nitrat dan nitrit terjadi pada hewan dan manusia karena limbah industri dan lingkungan yang tercemar limbah organik. Di daerah yang airnya banyak mengandung nitrat, keracunan nitrat bisa terjadi pada bayi dan hewan muda (pedet) karena flora di dalam saluran pencernaan mampu mengolah nitrat menjadi nitrit yang toksis(Schenider,1975).Nitrit di dalam tubuh menyebabkan terbentuknya methemoglobin à karena methemoglobin tidak dapat mengikat oksigen, maka akan terjadi Hipoksi aatau Anoksia.Disamping nitrit juga mengganggu enzim-enzim untuk metabolisme protein.Nitrit juga mempengaruhi fungsi kelenjar gondok, karena nitrit mengganggu pengambilan yodium oleh kelenjar gondok (Mangkoewidjojo, 1985)




BAB III
DESAIN TEKNIS IPAL


            Pada desain teknis IPAL ini menjelaskan tentang bagai mana pembuatan dari alat yang di gunakan untuk IPAL rumah potong ayam dengan proses biofilter anaerob – aerob yang dibuat, berikut penjelasan nya :
1.    Kapasitas Rencana  = 400 M3 per hari.
2.    BOD Masuk            = 2000 mg/lt.
3.    SS Masuk                = 500 mg/lt.
4.    BOD keluar           = 50 mg/lt .
5.    SS keluar                 = 50 mg/lt.
3.1              Desain Bak Pemisah Lemak/Minyak
            Bak pemisah lemak atau grease removal yang direncanakan adalah tipe gravitasi sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruangan yang dilengkapi dengan bar screen pada bagian inletnya.
Kriteria perencanaan :
1.      Retention Time              : + 30 menit.
2.      Dimensi Bak                
Panjang                    : 4 m
Lebar                          : 1,5 m
Kedalaman air           : 1,5 m
Ruang Bebas             : 0,3 – 0,5 m
Desain bak pemisah lemak dapai dilihat pada Gambar 3.

3.2              Bak Ekualisasi
1.      Waktu Tinggal (T)      : 6 jam
2.      Dimensi Bak               :
Panjang                       : 4 m
Lebar                          : 1,5 m
Kedalaman efektif      : 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas   : 0.5 m

3.3              Bak Pengendapan Awal
1.      BOD Masuk    : 2000 mg/l
2.      BOD Keluar    : 1200 mg/l
3.      Efisiensi           : 40 %
4.      Dimensi
        Lebar                                           : 7,0 m
        Panjang                                        : 4,0 m
        Kedalaman air efektif                  : 2,5 m
        Tinggi ruang bebas                      : 0,5 m (conditional)
5.        Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata : 4,2 Jam
6.        Waktu tinggal pada saat beban puncak     : 2,1 Jam (asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata- rata).
7.        Beban permukaan (surface loading) rata-rata : 14,3 m3/m2.hari
8.        Beban permukaan pada saat puncak               : 28,6 m3/m2.hari.
9.        Standar :
Beban permukaan                             : 20 –50 m3/m2.hari (JWWA).
3.4              Biofilter Anaerob
1.        BOD Masuk    : 1200 mg/l
2.        Efisiensi          : 80 %
3.        BOD Keluar    : 240 mg/l Debit Limbah         : 400 m3/hari.
4.        Dimensi :
Lebar                                : 7,0 m
Panjang                             : 4,5 m
Kedalaman air efektif       : 2,5 m
Tinggi ruang bebas           : 0,5 m
 Jumlah ruang                   : 2 buah
Waktu tinggal total rata2  : 9,45 jam
5.        Waktu tinggal total pada saat beban puncak    : 4,7 jam
6.        Tinggi ruang lumpur                                        : 0,4 m
7.        Tinggi Bed media pembiakan mikroba            : 1,8 m
8.        Tinggi air di atas bed media                             : 20 cm
9.        Volume total media pada biofilter anaerob      : 113,4 m3.
10.    BOD Loading                                                   : 4,23 Kg BOD/m3.hari.
11.    Standard high rate trickling filter                    : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.
12.    Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik + 225 m2/m3.
13.    BOD Loading                                                 : 18.8 g BOD/m2 per hari.

3.5              Biofilter Aerob
1.      BOD Masuk    : 240 mg/l
2.      Efisiensi           : 80 %
3.      BOD Keluar    : 50 mg/l
4.      Debit Limbah  : 400 m3/hari
5.      Dimensi total :
Lebar                               : 7,0 m
Panjang                           : 7,5 m
Kedalaman air efektif     : 2,5m
Tinggi ruang bebas         : 0,5 m
6.      Jumlah Ruang : 2 buah, Ruang I untuk aerasi dan Ruang II untuk biofilter Aerob. Dimensi Ruang aerasi : 7,0m X 2,5m X 2,5m (efektif) Dimensi Ruang Biofilter Aerob : 7m X 5m X 2,5m (efektif).
7.      Waktu tinggal total rata-rata                            : + 8 jam
8.      Tinggi ruang lumpur                                        : 0,4 m
9.      Tinggi Bed media pembiakan mikroba            : 1,8 m
10.  Tinggi air di atas bed media                             : 20 cm
11.  Volume total media pada biofilter aerob          : 63 m3.
12.  BOD Loading                                                   : 1,52 Kg BOD/m3.hari.
13.  Standard igh rate trickling filter                       : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.
14.  Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik + 225 m2/m3
15.  BOD Loading                                                  : 6,7 g BOD/m2 luas per hari.

3.6              Bak Pengendap Akhir
1.    Dimensi :
       Lebar                                    : 7,0 m
       Panjang                                 : 4,0 m
       Kedalaman air efektif           : 2,5 m
Tinggi ruang bebas               : 0,5 m (sesuai kondisi)
2.    Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata         : 4,2 Jam
3.    Waktu tinggal pada saat beban puncak           : 2,1 Jam ( asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata- rata).
4.    Beban permukaan (surface loading) rata-rata : 14,3 m3/m2.hari
5.    Beban permukaan pada saat puncak               : 28,6 m3/m2.hari.
6.    Standar beban permukaan                              : 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)

3.7              Media Pembiakan Mikroba
Material                                   : PVC sheet
Ketebalan                                :  0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spesifik              :  200 – 226 m2/m3
Diameter lubang                      :  2 cm x 2 cm
Warna                                      : hitam / transparan.
Berat Spesifik                          : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga                    : 0,98
3.8              Pompa Air Limbah
1.        Pompa Utama :
Kapasitas        : 400 M3/hari (280 liter/menit)
Tipe                 : Pompa Celup
Total Head      : 9 meter
Jumlah             : 2 buah
 Listrik            : 500 watt, 220 volt
2.        Pompa Cadangan :
Kapasitas        : 200 M3/hari (140 liter/menit)
Tipe                 : Pompa Celup  (Nocchi BIOX 375 A)
 Total Head     : 9 meter
Jumlah             : 1 buah
Listrik             : 375 watt, 220 volt.

3.9              Pompa Air Sirkulasi
Kapasitas         : 200 M3/hari (140 liter/menit)
Tipe                 : Pompa Celup (Nocchi BIOX 375 A)
Total Head      : 9 meter
Jumlah             : 2 buah
Listrik              : 375 watt, 220 volt
3.10          Blower Udara
Kebutuhan Udara                    : 2,8 m3/menit.
Kapasitas Tiap Blower            : 1,0  m3/menit
Total Head                               : 2500 mm air
Tipe                                         : RING BLOWER
Listrik                                      : 1200 watt, 220 volt.
Jumlah                                     : 3 unit.

3.11          Media Biofilter
Media biofilter yang digunakan untuk pengolahan air limbah tersebut adalah media dari bahan plastik PVC, tipe sarang tawon. Jumlah tot al media yang dibutuhkan = 113,4 m3 + 63 m3 = 176,4 m3.
Bentuk media biofilter serta spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1. Spesifikasi Media Biofilter Tipe Sarang Tawon.


Tipe
:
Sarang Tawon, cross flow.
Material
:
PVC
Ukuran Modul
:
30cm  x 25cm  x 30cm
Ukuran Lubang
:
2 cm x 2 cm
Ketebalan
:
0,5 mm
Luas Spesifik
:
150 - 225 m3/m3
Berat
:
30-35 kg/m2
Porositas Ronga
:
0,98
Warna
:
Bening transparan atauHitam





Dari hasil perhitungan disain tersebut di atas dihasilkan disain konstruksi IPAL sebagai berikut :
a.       Bak Pemisah Lemak dan Bak Ekualisasi dapat dilihat pada    Gambar  3 .
b.      Disain Reaktor Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan (Ayam) dapat dilihat pada Gambar 4.
c.       Gambar potongan IPAL Rumah Potong Hewan (Ayam) dapat dilihat pada Gambar 5.




BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil uji coba IPAL rumah potong ayam dengan proses biofilter anaerob-aerob yang dibangun di tempat penampungan dan pemotongan ayam di kawasan industri PT JIEP di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung. Dari hasil pemeriksaan beberapa parameter kualitas air sebelum dan sesudah pengolahan didapatkan hasil sebagai berikut. Konsentrasi chemical oxygen demand (COD) air limbah sebelum pengolahan 558 mg/l, setelah pengolahan turun menjadi 75, 24 mg/l, dengan efisiensi penurunan sebesar 86, 52 %. Konsentrasi angka permanganat di dalam air limbah yang masuk 304 mg/l setelah pengolahan turun menjadi 51,13 mg/ l, dengan efisiensi penurunan 82, 85 %. Konsentrasi biochemical oxygen demand (BOD) di dalam air limbah yang masuk 261 mg/l dan sesudah pengolahan turun menjadi 29, 26 mg/l dengan efisiensi penurunan 88,79 %.
Untuk total padatan tersuspensi (TSS), konsentrasi di dalam air limbah yang masuk 373 mg/l dan sesudah pengolahan turun menjadi 22,0 mg/l dengan efisiensi penurunan sebesar 94,10 %. Sedangkan pH air limbah yang masuk 6,98, sesudah pengolahan naik menjadi 7,31. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran parameter air limbah sebelum dan sesudah pengolahan
No
Parameter
Influent (mg/l)
Olahan (mg/l)
Efisiensi (%)
1
COD
558
75,24
86,52
2
(Angka KMnO4)
304
52,13

82,85
3
BOD5
261
29,26
88,79
4
TSS
373
22,0
94,10
5
pH
6,98
7,31
-

Hasil tersebut di atas jika dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri, perusahaan atau badan sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 1995 sudah memenuhi syarat. Standar baku mutu limbah cair industri berdasarkan Surat Keputusan Gubernur tersebut yakni TSS 100 mg/l, COD 100 mg/l, angka permanganat 85 mg/l dan BOD5 75 mg/l.
Adapun peraturan lain yang mengatur tentang air limbah adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Berikut adalah kutipan pasal-pasalnya :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
1.    Pasal 1
14. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair
15. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
2.    Pasal 21
1. Baku mutu air limbah nasional ditetapkan dengan Keputusan Menteri dengan memperhatikan saran masukan dari instansi terkait.
2. Baku mutu air limbah daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).




BAB V
PENUTUP


5.1              KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami dapatkan dari kunjungan kami ke suatu tempat pengolahan air limbah rumah potong hewan (RPH), maka kami data-data dan hasil yang terkait dari penelitian yang telah kami lakukan. Berikut ini adalah beberapa hasil yang kami dapatkan, yaitu :
  1. Pengolahan air limbah rumah potong ayam dengan proses biofilter anaerob- aerob tercelup dapat dihasilkan kualitas yang cukup baik dan sudah memenuhi syarat sesuai dengan standar baku mutu air limbah industri.
  2. Proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerob-aerob mempunyai beberapa keunggulan yang lain antara lain yakni biaya operasinya rendah, dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit, kebutuhan energi untuk aerasi relatif kecil karena menggunakan kombinasi proses anaerob-aerob, dapat digunakan untuk air limbah dengan beban organik yang cukup besar, serta dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

5.2              SARAN
Saat melakukan proses pengolahan, dihimbau untuk rutin mengecek kondisi alat penyaringan, seperti pada saluran pembuangan yang dilewatkan melalui saringan kasar untuk menyaring sampah-sampah. Dan begitu juga dengan desain teknis, untuk selalu sesuai dengan tipe dan kapasitas bak yang sesuai agar waktu pembuatan bendanya selesai dengan waktu yang tepat dan kualitas barangnya baik.




DAFTAR PUSTAKA


1.      “Dinas Peternakan Perikanan Dan Kelautan, Provinsi DKI Jakarta, Tempat Penampungan ayam Di Wilayah Jakarta Timur”, http://www.inovasipemda.com/isi%20proyek/info/data%20substansi/DKI/KotaJaktim.html
2.       “Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984.
3.      Fair, Gordon Maskew et.al., " Elements Of Water Supply And Waste Water Disposal”, John Willey And Sons Inc., 1971.
4.      Gouda T., “ Suisitsu Kougaku - Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
5.      Hikami, Sumiko., “Shinseki rosohou ni yorumizu shouri gijutsu (Water Treatment with Submerged Filter)”, Kougyou Yousui No.411, 12,1992.
6.      Metcalf And Eddy , "Waste Water Engineering”, Mc Graw Hill 1978.
7.      Viessman W, JR., Hamer M.J., “Water Supply And Polution Control“, Harper & Row, New York,1985.








LAMPIRAN

Gambar 1 : Diagram Alir pengolahan air limbah RPH dengan proses biofilter anaerob-aerob.


      Gambar 2 : Diagram proses pengolahan air limbah rumah potong hewan dengan proses biofilter anaerob-aerob .


Tampak Atas
Potongan Melintang
Gambar 3 : Bak Pemisah Lemak dan Bak Ekualisasi
Tampak Atas
Potongan A-A
Gambar 4 : Disain Reaktor Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan (Ayam)
            Gambar 5 : Gambar potongan IPAL Rumah Potong Hewan (Ayam)


Sumber Referensi : http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwi_7val6NfRAhVBrI8KHTLfBiwQFgglMAA&url=http%3A%2F%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D61930%26val%3D4559&usg=AFQjCNGLmOvvPwoXbyCvDzeQjLjaUClU_w&sig2=gqsaq9t0PghB2vm1KJV8Fg

    Terimakasih sudah berkunjung dan membacanya, semoga bermanfaat.