Thursday, November 22, 2018

ANALISA KESELAMATAN TERHADAP PEKERJAAN



ANALISA KESELAMATAN TERHADAP PEKERJAAN

 

Disusun Oleh:

                                    Nama               Muhammad Galang Ramadhan
                                    NPM                 :  24415609
                                    Kelas                :  4 IC 01
                                    Mata Kuliah      :  Teknik Keselamatan & Kesehatan Kerja#






FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018




Makna Lambang/Logo K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) beserta arti dan maknanya terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berikut penjelasan mengenai arti dan makna lambang/logo/simbol K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :
Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar putih.
Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
Warna Putih : bersih dan suci.
Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.




Analisis Keselamatan Kerja – Job Safety analysis

Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis), Kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal, tetapi merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan yang disebabkan oleh kelemahan manajemen, pekerja, prosedur kerja yang tidak memadai, serta tindakan para pekerja yang tidak aman yang bisa berakibat pada turunnya tingkat produktifitas kerja. Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah dengan menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk menerapkan metode kerja yang efisien dan aman.
Penyusunan prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan dari diterapkannya Job Safety Analysis (JSA), yaitu menganalisa dan membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan atau potensi bahaya yang ada (baik kesehatan maupun keselamatan), dan menentukan langkah terbaik untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya.
JSA digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang :
  • Mungkin diabaikan dalam tata letak pabrik atau bangunan, dan dalam desain permesinan, peralatan, perkakas, workstation dan proses.
  • Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.
  • Mungkin berkembang setelah produksi dimulai.
JSA merupakan penilaian aktivitas kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistem identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan resiko yang mungkin terjadi.

Definisi Job Safety Analysis (JSA)

Analisis keselamatan kerja atau JSA merupakan sistem identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang dapat dianalisa dan dicatat. JSA adalah metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mencatat setiap langkah dalam melakukan pekerjaan tertentu, berkaitan dengan potensi bahaya keselamatan dan kesehatan yang ada, serta menentukan tindakan untuk mencegah atau mengurangi bahaya / risiko.
1.      Penerapan JSA
Job Safety Analysis dapat diterapkan pada beberapa jenis pekerjaan / tempat kerja. Prioritas utamanya adalah jenis pekerjaan sebagai berikut :
  • Pekerjaan dengan tingkat bahaya / risiko tertinggi.
  • Pekerjaan dengan potensi bahaya berat atau cedera atau sakit, bahkan jika tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya.
  • Pekerjaan di mana salah satu kesalahan sederhana manusia yang bisa menyebabkan kecelakaan atau cedera parah.
  • Pekerjaan yang baru beroperasi atau telah mengalami perubahan dalam proses dan prosedurnya.
A.    Hal-hal yang dilakukan dalam penerapan JSA antara lain :
  1. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap pekerjaan yang berpotensi menimbulkan bahaya.
  2. Menentukan bagaimana mengendalikan bahaya.
  3. Melengkapi setiap area kerja dengan rambu-rambu peringatan (signboard).
  4. Berkonsultasi dengan pihak OSHA dalam pengembangan prosedur dan aturan kerja yang khusus untuk setiap pekerjaan.

B.     JSA dapat diterapkan dengan cara :
  1. Melibatkan karyawan. Hal ini sangat penting dalam proses analisis bahaya. Pengalaman yang diperoleh dari setiap karyawan dapat dijadikan referensi untuk menganalisa dan menemukan pencegahan dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Keterlibatan karyawan dalam penerapan JSA akan sangat membantu dalam memastikan kualitas pekerjaan, keselamatan kerja dan program kesehatan.
  2. Memeriksa riwayat kejadian kecelakaan / insiden. Melibatkan karyawan untuk meninjau kembali riwayat tempat kerja, kecelakaan kerja yang terjadi dan memerlukan pengobatan, kerugian yang membutuhkan perbaikan atau penggantian, dan setiap peristiwa di mana kecelakaan atau kerugian yang tidak terjadi. Kejadian-kejadian ini sebagai peringatan bahwa bahaya yang ada perlu mendapat perhatian.
  3. Melakukan review pekerjaan. Diskusikan dengan karyawan Anda, potensi bahaya yang  mereka tahu, yang biasa terjadi pada saat mereka bekerja. Bersama dengan mereka, ada gagasan baru yang muncul dalam skenario pencegahan / pengendalian bahaya yang ada.
  4. Membuat daftar dan prioritas perhatian untuk pekerjaan yang berbahaya. Membuat daftar pekerjaan dengan risiko / bahaya yang tidak dapat diterima atau konsekuensi pekerjaan dengan tingkat risiko yang berat. Pekerjaan ini harus menjadi prioritas utama untuk dilakukan dianalisa.
  5. Uraikan secara detail setiap pelaksanaan suatu pekerjaan. Lakukan analisa bahaya dari saat pekerjaan dimulai, amati karyawan yang sedang melakukan pekerjaan, dan buatlah daftar setiap langkah pekerjaannya.

C.    Keuntungan dari penerapan JSA antara lain :
  1. Memberikan pelatihan individu mengenai keselamatan dan prosedur kerja yang efisien.
  2. Mempersiapkan pengawasan terhadap keselamatan kerja yang terencana.
  3. Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
  4. Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan luar biasa.
  5. Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan terjadi.
  6. Mempelajari pekerjaan sebagai improvement yang memungkinkan dalam metode kerja.
  7. Mengidentifikasi upaya perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.
  8. Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan yang mereka pimpin.
  9. Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di tempat kerja.
  10. Mengurangi tingkat ketidakhadiran pekerja.
  11. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.
  12. Meningkatkan produktivitas.
  13. Membangkitkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja.

 D. Cara mengembangkan sebuah JSA (Analisis Keselamatan Kerja).
      1. Memilih Pekerjaan
    Pekerjaan dengan tingkat riwayat kecelakaan yang tinggi, mempunyai prioritas utama dan harus segera dilakukan analisa. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, seorang supervisor harus mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini :
  • Frekuensi kecelakaan.Sebuah pekerjaan yang sering terjadi kecelakaan, merupakan prioritas utama dalam JSA.
  • Tingkat cedera yang menyebabkan cacat. Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalamJSA.
  • Potensi risiko. Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai riwayat kecelakaan, namun berpotensi munculnya bahaya.
  • Pekerjaan baru.Setiap pekerjaan baru harus dibuat JSA. Analisa harus segera dibuat sebelum insiden / kecelakaan terjadi.
  • Mendekati bahaya(near miss). Pekerjaan yang sering hampir terjadi kecelakaan (near miss) harus menjadi prioritas utama dalam JSA.
2. Membagi Pekerjaan
    Untuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang tepat untuk melakukan observasi. Pilihlah pekerja yang berpengalaman, mempunyai kemampuan dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide. Jelaskan tujuan dan manfaat dari JSA kepada pekerja.

3. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja
    Tahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah mengidentifikasi semua bahaya yang mungkin timbul, termasuk dalam setiap prosedur kerja. Identifikasi semua bahaya baik yang ditimbulkan oleh lingkungan sekitar dan yang berhubungan dengan pekerjaan.
     Identifikasi bahaya meliputi penilaian tingkat severity (keparahan / dampak), likelihood (kemungkinan) serta menentukan risk control terhadap bahaya yang timbul.

  • Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut untuk setiap tahap:
  • Apakah pekerja kontak langsung dengan obyek bahan berbahaya?
  • Dapatkah pekerja memegang obyek dengan aman?
  • Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau memutar yang dilakukan menyebabkan ketegangan?
  • Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
  • Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?
  • Dapatkah pekerja mencegah bahaya kontak langsung dengan sumber listrik?
  • Apakah lingkungan kerja berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan? Adakah konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?
  • Adakah bahaya ledakan?
  • Mengembangkancara penyelesaian masalah
Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah timbulnya kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin dapat diterapkan antara lain:
  • Menemukan cara baru dalam melakukan suatu pekerjaan
  • Mengubah kondisi lingkungan kerja yang menimbulkan bahaya.
  • Mengubah prosedur kerja yang tidak aman.
  • Mengurangi frekuensi pekerjaan yang menimbulkan risiko tinggi.
    Poin utama dari Analisis Keselamatan Kerja/Job Safety Analysis adalah : mencegah kecelakaan dengan mengantisipasi, mengeliminasi, dan mengontrol bahaya yang ada.
          Analisa Keselamatan Kerja atau sering disingkat menjadi AKK atau dalam bahasa Inggrisnya Job Safety Analysis (JSA) dibuat ketika akan melakukan pekerjaan yang baru (belum pernah dilakukan sebelumnya) atau berresiko tinggi. Analisa Keselamatan Kerja (AKK) dibuat sebagai sebuah prosedur untuk merencanakan, mengidentifikasi cara kerja yang aman. Contohnya adalah bekerja pada ketinggian, bekerja di dalam ruang terbatas (Confinend Space), bekerja pada pekerjaan memindahkan beban berat, bekerja dengan menggunakan api, dll. 
         Analisa Keselamatan Kerja adalah cara mengenali bahaya-bahaya dan meningkatkan cara menangani potensi bahaya tersebut. Pelaksanaan Analisa Keselamatan Kerja dilakukan sebelum memulai pekerjaan untuk mendeteksi atau memastikan bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara yang aman.
 
Manfaat membuat Analisa Keselamatan Kerja (AKK)
Berikut ini beberapa manfaat membuat Analisa Keselamatan Kerja sebelum memulai suatu pekerjaan:
1. Menghilangkan atau mengurangi resiko terjadinya kecelakaan,
2. Memberikan kesadaran akan keselamatan terhadap personil yang terlibat (pekerja, supervisor, maupun manager),
3. Memberikan kesempatan bagi pekerja untuk memberikan masukan terhadap safety pada pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dikarenakan pekerja tersebutlah yang terlibat langsung dengan pekerjaan tersebut (mainforce),
4. Meningkatkan pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dilakukan,
5. Jelasnya tanggung jawab pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan (mudah teridentifikasi),
6. Hemat waktu (karena AKK yang baik dan benar dapat mengorganisir terhadap pemilihan peralatan kerja yang teridentifikasi),
7. Meningkatkan komunikasi.

Metode untuk membuat Analisa Keselamatan Kerja (AKK)
Berikut ini ada 3 (tiga) cara/metode untuk membuat Analisa Keselamatan Kerja, yaitu :
1. Dengan observasi langsung,
2. Dengan diskusi kelompok,
3. Dengan peninjauan dan pemeriksaannya.

Penjelasan mengenai metode/cara untuk membuat Analisa Keselamatan Kerja dapat Anda lihat di Cara Membuat Job Safety Analysis.

Tahapan dalam membuat Analisa Keselamatan Kerja:
1. Pilih pekerjaan yang akan dianalisa,
2. Pecah pekerjaan tersebut menjadi beberapa langkah kerja,
3. Lakukan identifikasi bahaya yang mungkin timbul pada setiap langkah kerja tersebut,
4. Buat pengendalian di setiap bahaya yang teridentifikasi pada setiap langkah kerja yang dilakukan,
5. Catat setiap temuan tersebut ke dalam lembaran Analisa Keselamatan Kerja (atau yang sering disebut lembaran JSA/Job Safety Analysis),
6. Gunakan Analisa Keselamatan Kerja tersebut untuk pekerjaan tersebut,
7. Lakukan peninjauan ulang dan perbaharui lembar Analisa Keselamatan Kerja tersebut ketika terjadi perubahan pada pekerjaan tersebut,
8. Lembaran Analisa Keselamatan Kerja yang sudah selesai dibuat dan digunakan dalam pekerjaan yang rutin dilakukan, maka Anda perlu membuat Lembaran Analisa Keselamatan Kerja tersebut menjadi prosedur kerja.



Contoh Job Safety Analysis :


DAFTAR PUSTA :