1.Prasangka
Prasangka atau prejudice berasal dari kata
latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai
berikut:
Semula
diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar
pengalaman yang lalu.
Dalam bahasa
inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan
yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang.
Untuk
mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak
suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
2.Diskriminasi
Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu
secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau
karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang
dilakukan secara nyata.
3.Integrasi
masyarakat
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya
kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari
individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan
sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus
nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi
akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota
masyarakat secara keseluruhan.
Thanks Sudah Berkunjung :)
sumber :
http://ritaismail.blogspot.co.id/2012/01/prasangka-diskriminasi-dan-integritas.html?showComment=1450141562008#c4546115275328993687
Ø Prasangka
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang
pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut:
Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil
atas dasar pengalaman yang lalu.
Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa
penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang.
Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur
emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Ø Diskriminasi
Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu
secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau
karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang
dilakukan secara nyata.
Ø Integrasi masyarakat
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh
anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan
persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang
sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi
dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara
keseluruhan.
1. Prasangka dan sikap
Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966),
sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun
negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan
untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama
dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah
bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu
kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku.
Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka,
tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam
sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap
yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan
bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni :
a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek
sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi
emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu
dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan
sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif).
2. Kategorisasi dan stereotipe
Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam
kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan
kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau
proses penyempitan.
Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori
tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku
dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya
merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke
dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai.
Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut
stereotipe. Maka dapat
diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu
mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak
negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug
menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti
kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan
saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan
dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari
prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe.
3. Prasangka dan diskriminasi
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak
diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang
bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya.
Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu
cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan
dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam
menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak
dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu
tergolong.
4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat
Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka
yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan
tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau
mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada
integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut
Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu
jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk
dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat
masa depan.
Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat
prasangka, yaitu:
1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945
2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala
bidang
3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan(
persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola
keIndonesiaan.
4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas
persamaan ras.
5. Sebab-sebab terjadinya prasangka
Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab
terjadinya prasangka :
a. Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu
menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas
atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab
timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi:
1. Mobilitas sosial
2. Konflik antar kelompok
3. Stigma perkantoran
4. Sosialisasi
c. Pendekatan kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab
prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N.
Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup
untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam
kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih
tinggi)
d. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau
mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan
prasangka.
e. Pendekatan Naive
Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek
prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA
Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan
kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi
yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi
setidaknya empat syarat berikut:
1. Adanya dukungan sosial dan institusional
Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini
bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya
berada dalam posisibisa memberi sanksi.
2. Ada potensi saling mengenal
Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi
antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka
.Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang
tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan
erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan.
3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi
Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi
antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka.
4. Adanya kerjasama
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Ø Prasangka
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang
pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut:
Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil
atas dasar pengalaman yang lalu.
Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa
penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang.
Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur
emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Ø Diskriminasi
Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu
secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau
karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang
dilakukan secara nyata.
Ø Integrasi masyarakat
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh
anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan
persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang
sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi
dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara
keseluruhan.
1. Prasangka dan sikap
Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966),
sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun
negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan
untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama
dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah
bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu
kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku.
Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka,
tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam
sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap
yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan
bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni :
a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek
sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi
emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu
dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan
sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif).
2. Kategorisasi dan stereotipe
Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam
kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan
kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau
proses penyempitan.
Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori
tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku
dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya
merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke
dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai.
Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut
stereotipe. Maka dapat
diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu
mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak
negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug
menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti
kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan
saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan
dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari
prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe.
3. Prasangka dan diskriminasi
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak
diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang
bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya.
Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu
cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan
dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam
menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak
dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu
tergolong.
4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat
Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka
yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan
tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau
mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada
integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut
Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu
jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk
dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat
masa depan.
Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat
prasangka, yaitu:
1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945
2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala
bidang
3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan(
persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola
keIndonesiaan.
4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas
persamaan ras.
5. Sebab-sebab terjadinya prasangka
Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab
terjadinya prasangka :
a. Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu
menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas
atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab
timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi:
1. Mobilitas sosial
2. Konflik antar kelompok
3. Stigma perkantoran
4. Sosialisasi
c. Pendekatan kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab
prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N.
Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup
untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam
kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih
tinggi)
d. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau
mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan
prasangka.
e. Pendekatan Naive
Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek
prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA
Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan
kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi
yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi
setidaknya empat syarat berikut:
1. Adanya dukungan sosial dan institusional
Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini
bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya
berada dalam posisibisa memberi sanksi.
2. Ada potensi saling mengenal
Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi
antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka
.Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang
tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan
erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan.
3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi
Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi
antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka.
4. Adanya kerjasama
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Ø Prasangka
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang
pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut:
Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil
atas dasar pengalaman yang lalu.
Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa
penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang.
Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur
emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Ø Diskriminasi
Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu
secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau
karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang
dilakukan secara nyata.
Ø Integrasi masyarakat
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh
anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan
persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang
sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi
dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara
keseluruhan.
1. Prasangka dan sikap
Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966),
sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun
negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan
untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama
dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah
bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu
kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku.
Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka,
tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam
sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap
yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan
bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni :
a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek
sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi
emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu
dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan
sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif).
2. Kategorisasi dan stereotipe
Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam
kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan
kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau
proses penyempitan.
Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori
tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku
dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya
merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke
dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai.
Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut
stereotipe. Maka dapat
diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu
mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak
negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug
menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti
kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan
saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan
dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari
prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe.
3. Prasangka dan diskriminasi
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak
diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang
bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya.
Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu
cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan
dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam
menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak
dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu
tergolong.
4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat
Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka
yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan
tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau
mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada
integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut
Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu
jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk
dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat
masa depan.
Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat
prasangka, yaitu:
1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945
2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala
bidang
3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan(
persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola
keIndonesiaan.
4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas
persamaan ras.
5. Sebab-sebab terjadinya prasangka
Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab
terjadinya prasangka :
a. Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu
menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas
atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab
timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi:
1. Mobilitas sosial
2. Konflik antar kelompok
3. Stigma perkantoran
4. Sosialisasi
c. Pendekatan kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab
prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N.
Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup
untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam
kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih
tinggi)
d. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau
mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan
prasangka.
e. Pendekatan Naive
Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek
prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA
Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan
kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi
yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi
setidaknya empat syarat berikut:
1. Adanya dukungan sosial dan institusional
Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini
bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya
berada dalam posisibisa memberi sanksi.
2. Ada potensi saling mengenal
Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi
antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka
.Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang
tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan
erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan.
3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi
Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi
antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka.
4. Adanya kerjasama
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu